pkspandeglang.or.id - Putra terbaik Banten yang kini mulai hangat diperbincangkan namanya
menjelang pilgub adalah nama yang tak asing lagi. Bukan hanya lingkup
provinsi, tapi negeri ini pun pernah merasakan sentuhan tangan cekatan
nya membereskan masalah pertanian yang mengantar kita pada swasembada
produk pertanian. Dialah DR. H. Anton Apriyantono, Menteri Pertanian di massa presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat.
Dalam sebuah blog
dengan judul "Menteri Termiskin Kaya Prestasi" penulis menceritakan
dengan detail sosok bersahaja sang pahlawan pertanian. Seperti apa sosok
asli Doktor satu ini? mari simak tulisan lengkapnya berikut :
Harian Umum REPUBLIKA, 4 Januari 2009, mengumumkan anugerah Tokoh
Perubahan 2008. Dengan mengambil tema produktivitas, Republika memilih
lima tokoh produktif dan reformatif:, dan salah satu dari 5 tokoh
tersebut adalah menteri Pertanian kita Anton Apriyantono .
Anton Apriyantono, tulis Republika, ”kita pilih karena berhasil membawa swasembada beras dan jagung. Bahkan,
sejumlah komoditas lain pun terus meningkat, seperti kacang kedelai.”
Kita ingat di awal masa jabatannya, Anton digempur kiri-kanan akibat
melambungnya harga beras. Indonesia pun menjadi importir beras terbesar
di dunia. Seruan pencopotan Anton bergema, orang juga membuka
kepakarannya yang tak sesuai.
Kini, kita tak hanya berswasembada, tapi juga surplus. Hal
ini berbeda dengan prestasi swasembada beras di masa Orde Baru pada
1984. Saat itu, digembar-gemborkan Indonesia berswasembada beras,
sehingga Soeharto, presiden Indonesia saat itu, mendapat kesempatan
berpidato di sidang FAO. Padahal, saat itu kita masih impor beras,
karena memang definisi swasembada beras adalah jika kita mampu memenuhi
90 persen kebutuhan nasional. Saat itu, kita masih mengimpor
414.300 ton beras. Produksi tahun itu 25,93 juta ton beras. Sedangkan
tahun 2008 lalu, kita berhasil memproduksi 35,26 juta ton beras,
sedangkan konsumsinya diperkirakan 32 juta ton.
Kita juga mencatat prestasi Anton lainnya. Pria yang
santun dan bersahaja ini juga dikenal sebagai figur yang bersih. Tak ada
gosip KKN yang menerpanya. Dia adalah orang yang amanah dan
bersungguh-sungguh mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara.
Dalam perjalanan kereta api Surabaya- Bandung beberapa waktu yang
lampau, saya juga sempat membaca profil dari pak Anton yang termuat
dalam harian Umum Jawa Pos, beberapa lama saya sempat mencari2 harian
yang memuat profil tersebut, dan alhamdulillah , akhirnya saya
mendapatkannya,
Terus terang saya menaruh hormat dan bangga yang luar biasa, pada pak
anton ini, ditengah prestasinya yang besar itu, pak anton tetaplah
pribadi yang sederhana, dan ramah, semoga artikel dari Jawa Pos berikut dapat mengenal pribadi pak Anton
dan mampu menginspirasi kita dalam berkontribusi untuk bangsa tercinta,
selamat menyimak:
Ke Daerah dengan tiket ekonomi, menginap di Rumah Petani. Di Kabinet Indonesia Bersatu, Menteri Pertanian (Mentan) Anton
Apriantono dijuluki sebagai menteri termiskin. Sebab, berdasar laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN), total kekayaannya “hanya” Rp 388.936 juta. Bagaimana kesehariannya?.
Bikin janji untuk bertemu Anton Apriantono tidak terlalu sulit. Di
antara menteri yang duduk di Kabinet Indonesia Bersatu, pria yang lama
menjadi dosen di Institut Pertanian Bogor (IPB) itu termasuk yang paling
mudah dihubungi melalui ponselnya.
Pada suatau waktu Jawa Pos pernah diberi kesempatan bertamu di rumah
Anton di kompleks perumahan dinas para menteri, tepatnya di Jl Widya
Chandra V.Begitu masuk ke halaman rumahnya, seorang petugas keamanan
dengantulisan nama Sukim di dadanya ramah mempersilakan masuk. “Cari
Bapak ya, silakan langsung saja ke ruang tamu,” ujarnya.
Halaman depan rumah dinas Anton tampak bersih. Aneka tanaman hias
disusun rapi dalam pot yang berisi tanah liat. Tidak ada tanaman
perindang besar, kecuali sebuah palem kipas yang ditanam di pojok pagar.
Berbeda dari rumah menteri lainnya, di garasi rumah Anton, hanya ada
dua mobil yang diparkir. Yakni, Kijang abu-abu keluaran 1994 dan mobil
dinas menteri Toyota Camry bernomor RI 24. Pemandangan tersebut berbeda
dari rumah dinas menteri-menteri lain yang, selain berisi mobil dinas,
terdapat beberapa mobil lain keluaran terbaru.
“Assalamu ‘alaikum, apa kabar?” kata Anton ramah yang muncul dari ruang
tengah. Pria kelahiran 5 Oktober 1959 tersebut muncul dengan kemeja
lengan panjang bercorak garis-garis. “Hari ini banyak tamu. Maklum,
masih suasana Idul Fitri,” ujarnya.
Dia menceritakan, selama Lebaran, keluarganya lebih banyak berada di
Jakarta . Hanya hari pertama keluarganya berkunjung ke Serang dan Bogor ,
Jawa Barat.
Pada awal pembicaraan, dia lebih banyak menceritakan tentang
kesibukannya sebagai menteri, sehingga waktu untuk keluarga berkurang.
“Karena itu, setiap di rumah, saya manfaatkan betul untuk keluarga.
Rasanya sih mereka tidak pernah mengeluh,” ungkapnya.
Sejak menjadi menteri, Anton memboyong keluarganya tinggal di rumah
dinas. Rumahnya di Bogor dibiarkan kosong. Di tengah mengobrol dengan
Jawa Pos, putri tunggalnya, Sri Rahayu, masuk membawa secangkir teh. “Silakan diminum. Kebetulan, saat ini saya
sedang puasa Syawal,” kata menteri yang diusulkan Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) tersebut.
Ketika disinggung seputar kekayaannya berdasar LHKPN dan diumumkan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dia hanya tersenyum. “Saya bersyukur
dianggap begitu (disebut menteri termiskin). Pokoknya, kalau
dibandingkan menteri lain, nggak mungkin bisa ngejar, apalagi sama Pak
Ical (Menko Kesra Aburizal Bakrie yang dijuluki sebagai menteri terkaya
dalam kabinet SBY, Red),” ujarnya lantas tertawa.
Dia menjelaskan, sejak menjadi dosen dan kepala laboratorium di IPB,
Anton terbiasa menabung. Hasilnya, dia mampu membeli aset berupa tanah
di Bogor . Kegemaran berhemat itu diteruskan sampai sekarang. “Sebagian
berasal dari gaji dan uang perjalanan ke luar negeri. Itu pun sudah berlebih,” tegasnya. Suami Rossi Rozzana tersebut mengaku, kehidupannya saat masih menjadi
dosen sudah cukup. “Apalagi sekarang, apa sih yang mau kita kejar?
Makan saja tak lebih dari sepiring,” katanya. Sebagai menteri, dia
mengaku digaji Rp 19 juta per bulan. Selain dari gaji, pendapatan Anton diperoleh dari honor menjadi narasumber di
seminar. Sebelum menjadi menteri, dia memang sering diundang sebagai
ahli di bidang kimia pangan. “Tapi, honorarium dari seminar biasanya
dikelola staf,” jelasnya.
Menurut doktor lulusan University of Reading , Inggris, tersebut, kunci
perbaikan departemen yang dipimpinnya bermula dari diri sendiri. “Kalau
pemimpin tak bisa jadi uswah (teladan, Red), jangan berharap anak buah
mengikuti,” ujarnya.
Anton lantas mencontohkan saat dirinya melakukan perjalanan dinas ke
daerah menggunakan pesawat. Dia tidak pernah mau naik kelas bisnis. Dia
selalu minta diberi tiket ekonomi. Demikian pula ketika harus menginap
di suatu daerah. Anton tidak pernah mau diinapkan di hotel berbintang
lebih dari tiga. “Kalau menterinya (pakai) ekonomi, anak buahnya nggak
ada yang berani (di kelas) bisnis,” ungkapnya lantas tersenyum.
Menurut dia, budaya Orde Baru, yakni daerah harus selalu menyambut
pejabat pusat dengan servis VVIP, harus dikikis habis. “Saya lebih suka
menginap di rumah petani daripada di hotel. Mereka itu orang yang apa
adanya. Tidak ada yang dibuat-buat, ” tegasnya.
Dia lantas menceritakan pengalamannya ketika menginap di rumah salah
seorang petani di Karawang. “Saat itu, atap rumahnya sudah mau roboh,”
katanya seraya tersenyum lebar.
(inspektorat jenderal, Red),” jelasnya.
Dia juga sering mengajak anak buahnya outbound (training di alam).
“Kalau di alam, perilaku aslinya terlihat,” ujarnya. Dua minggu sekali,
dia menggelar rapat pimpinan yang diakhiri dengan masing-masing saling
memberi nasihat.
“Jadi, kalau tidak sesuai dengan yang diomongkan, orangnya malu,” katanya. Kesederhanaan tersebut Anton diakui sekretaris pribadinya, Dr Abdul
Munif . “Saya sampai malu karena bapak sering ngotot pakai kelas ekonomi
saat kunjungan ke daerah. Kadang-kadang, sampai saya akali dengan
mengatakan tiket ekonomi sudah habis,” ungkapnya.
Alumnus Bonn University , Jerman, yang mendampingi Anton sejak sebelum
menjadi menteri itu mengaku, hal tersebut dilakukan untuk menjaga
kehormatan Anton sebagai menteri. “Itu kalau kebetulan sedang bersama
menteri lain atau ada tamu dari luar negeri. Kalau berangkat sendiri,
hampir selalu ekonomi,” jelasnya. Saat mengunjungi daerah, Munif mengaku
banyak pejabat dan bupati yang heran mengetahui kebiasaan Anton.
“Awalnya, mereka (bupati dan pejabat daerah) heran. Tapi, dua tahun ini
sudah biasa. Mereka malah berterima kasih,” ujarnya.
Dia menyatakan, satu hal yang paling berkesan adalah perhatian Anton
kepada anak buah. Di antaranya, Anton selalu mengingat nama dan
kebiasaan-kebiasaan kecil stafnya. “Beliau tak risi mengirimkan ucapan
selamat ulang tahun atau memberikan bantuan ketika ada yang punya gawe,”
ungkapnya.